Berdasarkan data Kemenristek dikti, tercatat sebanyak 3.940 Perguruan Tinggi Swasta di Indonesia terdiri dari : 144 Politeknik, 1.021 Akademi, 2.348 Sekolah Tinggi, 6 Akademi Komunitas, 466 Universitas dan 99 Institut [1], ditambah 372 Perguruan Tinggi Negeri, sebanyak itu pula penduduk Indonesia menggantungkan harapan memperoleh kehidupan yang layak untuk masa depan mereka. Setidaknnya dengan menyandang gelar sarjana terlebih magister mereka berharap mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai tingkat pendidikannya. Hal tersebut lumrah adanya mengingat teori human capital  seperti yang dijelaskan oleh (Payaman J. Simanjuntak, 1985) mengatakan bahwa “Penghasilan selama proses investasi ini sebagai imbalannya dan diharapkan memperoleh tingkat penghasilan yang lebih tinggi untuk mampu mencapai tingkat konsumsi yang lebih tinggi pula. Dapat disederhanakan bahwa meraih pendidikan yang tinggi dapat disebut sebagai investasi, dengan harapan jika seseorang berpendidikan tinggi maka akan tinggi pula penghasilan yang akan didapatnya. Hal ini masih menjadi fenomena yang harus dijawab kebenaranya, karena sampai saat ini pemerintah sebagai salah satu penyedia lapangan pekerjaan belum dapat menjawabnya.

Pemerintah melalui beberapa kementerian menawarkan program ekonomi kreatif sebagai salah satu pilihan peluang usaha, dengan program tersebut diharapkan lulusan sarjana tidak lagi berorientasi ingin jaddi pegawai, bahkan ekonomi kreatif dapat di kerjakan oleh berbagai lapisan masyarakat dengan tidak mengutamakan latar belakang pendidikan. Hal ini menjadi menarik ketika sosok sarjana menjadi peran utama dalam menggagas model usaha berbasis ekonomi kreatif. Kemudian pertanyaanya adalah sejauhmana peran perguruan tinggi dalam menghadapi era ekonomi baru, dalam hal penyiapan lulusan yang siap menghadapi perkembangan jaman.

Penulis teringat dengan istilah soft skills, dibeberapa kampus pengembangan soft skills diejawantahkan melalui penyediaan organisasi mahasiswa sebagai wadah pengembangan minat dan kegemaran, namun tingkat keinginan berorganisasi yang tinggi tidak semua dimiliki oleh mahasiswa, beberapa mahasiswa yang berhasil diwawacara oleh penulis mengatakan bahwa kami saat ini tidak meiliki waktu luang untuk berorganisasi karena perkuliahan dan tugas-tugas kuliah saja sudah menyita waktu kami. Sangat disayangkan jika mahasiswa masih memandang kecakapan akademik masih jauh lebih penting dari pada soft skills¸ di beberapa kesempatan soft skills menjadi isu yang masih dianggap seksi untuk didiskusikan.

Bayak pendapat mengatakan bahwa soft skills lebih banyak mendominasi daripada hard skills dalam  menentukan kesuksesan seseorang. Pendapat tersebut ditegaskan oleh Thomas J. Neff dan James M. Citrin (1999) dalam bukunya Lessons From The Top, mengatakan bahwa kunci sukses seseorang ditentukan oleh 90% soft skills dan hanya 10% saja ditentukan oleh hard skills [2]. Oleh karena itu Perguuruan Tinggi wajib memberikan ruang lebih banyak untuk memberikan motivasi dan wawasan soft skills bagi mahasiswa. Apapun medianya baik berupa workshop, seminar pengembangan soft skills dan organisasi intra kampus.

Berangkat dari pemahaman tersebut Perguruan Tinggi hendaknya memberikan stimulus kepada mahasiswa untuk dapat merubah pandangan mengenai pentingnya soft skills, sehingga mahasiswa dapat menggali informasi mengenai soft skills dengan penuh antusias. Selain itu Perguruan Tinggi dapat pula menerbitkan sertifikat soft skills bagi aktifis kampus ketika lulus, sertifikat ini sebagai bukti lulusan yang telah memenuhi kriteria diterbitkannya sertifikat tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa kurikulum saja belum cukup untuk membekali mahasiswa menjadi pribadi yang sukses, ada peran lain yang mendominasi yakni soft skills. Di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini masyarakat yang mapu bersaing adalah seseorang yang cakap memanfaatkan peluang usaha dengan kondisi semakin pesatnya teknologi dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Hal ini akan terjawab ketika seseorang memiliki soft skills.

Artikel ini ditulis oleh :
* Iman cahyanto, M.Pd. (Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Universitas Wiralodra)

Daftar Bacaan :
Simanjuntak. J. Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Mahasiswa. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
[1] http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/index.php/statistik-5/
[2] https://www.wattpad.com/616698-soft-skill-85-kunci-sukses-pribadi